This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

About

Pages

Jumat, 16 Maret 2012

makalah Metode Pembelajaran PAI

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN SECARA UMUM
PRINSIP-PRINSIP METODE PEMBELAJARAN DALAM AL-QUR’AN
PENDAHULUAN
Metode berbeda dengan cara. Secara singkat metode ialah bagian dari metodologi. Karena metodologi berisi metode-metode. Metode ialah
Dalam sistem pendidikan metode sangat mempengaruhi proses pendidikan itu sendiri. Paradigma pendidikan sekarang lebih mementingkan proses pendidikan daripada tujuan pendidikannya. Tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanyalah anak yang tidak mempunyai kesempatan belajar dengan guru yang baik dan dengan metode yang benar.

PEMBAHASAN
Prinsip-prinsip Pembelajaran Secara Umum
1. Prinsip motivasi
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar tetap memiliki gairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran.
2. Prinsip latar/konteks
Guru harus mengenal dan mngetahui latar belakang siswa secara lebih mendalam, dalam proses pembelajaran penggunaan contoh-contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, serta menghindari pengulangan yang tidak diperlukan jika anak sudah mampu memahami sesuatu yang dipelajari.
3. Prinsip keterarahan
Sebelum melakukan pembelajaran guru diharuskan untuk merumuskan lalu menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah pembelajaran selesai dilakukan, kemudian menyiapkan bahan dan alat yang sesuai dengan materi yang diberikan serta menggunakan strategi pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan.
4. Prinsip hubungan sosial
Interaksi antar guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan dan seterusnya sangat dibutuhkan dalam mengoptimalkan pembelajaran yang diberikan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
5. Prinsip belajar sambil bekerja
Dalam melakukan pembelajaran siswa harus banyak diberikan kesempatan untuk melakukan percobaan atau praktek sesuai dengan materi yang ada, siswa diharapkan dapat menemukan pengertiannya dalam psoses pembelajaran sehingga hasil belajar yang dicapai dapat lebih bermakna.
6. Prinsip Individualisasi
Kemampuan guru dalam mengenali dan memahami siswa secara individu baik kelebihan ataupu kelemahan siswa dapat diketahui oleh guru,sehingga dalam melakukan pembelajaran guru tidak menyamakan kemampuan siswa sehingga masing-masing siswa mendapatkan perhatian dan perlakuan yang sesuai dengan kemampuannya.
7. Prinsip menemukan
Guru diharuskan mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu memancing dan melibatkan siswa untuk aktif, baik secara fisik, mental, sosial, dan emosional.
8. Prinsip pemecahan masalah
Hendaknya pembelajaran yang dilakukan mengandung unsur pemecahan masalah sehingga siswa dilatih untuk berfikir, merumuskan, mengumpulkan data dan menganalisis serta menyelesaikan permasalahan yang ada.
9. Prinsip kasih sayang
Pembelajaran yang dilakukan hendaknya tidak mengesampingkan prinsip kasih sayang sehingga siswa merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam belajar, tanpa merasa takut dan tertekan.

Memahami Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Secara Umum



Memahami Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Dalam Al-Qur’an
Pendidikan Islam mencakup pengajaran umum dan pengajaran agama. Metode pengajaran (terutama dalam arti urutan langkah mengajar
Menurut al-Nahlawi (1989:283), dalam al-Qur’an dan hadits dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, menanamkan rasa iman, mendidik jiwa dan membangkitkan semangat ialah sebagai berikut:
1. Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi
Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti atara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki. Hiwar mempunyai dampak yang dalam bagi pembicara dan juga bagi pendengar pembicaraan itu.
Menurut al-Nahlawi (1989-285), dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi Saw terdapat berbagai jenis hiwar, seperti:
ü Hiwar khitabi atau ta’abbudi
ü Hiwar washfi
ü Hiwar qishashi (percakapan tentang sesuatu melalui kisah)
ü Hiwar jadali
ü Hiwar nabawi
Dalam setiap hiwar jalan dialog harus disusun sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Hiwar khitabi atau ta’abbudi merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dengan hamba-Nya. Tuhan memanggil hamba-Nya dengan mengatakan, “Wahai orang-orang yang beriman,” dan hamba-Nya menjawab dalam kalbunya dengan mengatakan, “Kusambut panggilan Engkau, ya Rabbi.” Dialog antara Tuhan dan hamba-Nya ini menjadi petunjuk bahwa metode dialog merupakan metode pengajaran yang pernah digunakan Tuhan dalam mengajari hamba-Nya.
Adapun hiwar washfi ialah dialog antara Tuhan dengan malaikat atau dengan makhluk ghaib lainnya, misalnya dalam surat al-Shaffat ayat 27-28

2. Metode kisah Qur’ani dan Nabawi
Dalam pendidikan Islam, terutama pendidikan agama Islam (sebagai suatu bidang studi), kisah sebagai metode pendidikan yang amat penting, alasannya adalah:
a. Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya.
b. Kisah Qur’ani dan Nabawi dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh.
c. Kisah Qur’ani mendidik perasaan keimanan.

3. Metode Amtsal (perumpamaan)
Adakalanya Tuhan mengjari umat dengan membuat perumpamaan, misalnya dalam surat Al-Baqarah ayat 17:
Perumpamaan orang-orang kafir itu adalah seperti orang yang menyalakan api.
Cara seperti itu dapat juga digunakan oleh guru dalam mengajar. Pengungkapannya tentu saja sama dengan metode kisah, yaitudengan berceramah atau memebaca teks. Kebaikan metode ini antara lain ialah sebagai berikut:
a. Mempermudah siswa memahami konsep yang abstrak.
b. Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.
c. Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan haruslah logis, mudah dipahami.
d. Amtsal Qurani dan Nabawi memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.

4. Metode Teladan
Pedoman itu memang diperlukan karena pendidik tidak dapat bertindak secara alamiah saja agar tindakan pendidikan dapat dilakukan lebih efektif dan efisien. Di sinlah teladan merupakan salah satu pedoman bertindak.
Murid-murid cenderung meneladani pendidiknya, ini diakui oleh seluruh ahli pendidikan baik dari barat maupun dari timur. Dasarnya ialah karena secara psikologis anak memang senang meniru, tidak saja yang baik, yang jelek pun ditirunya.
Sifat anak didik itu diakui dalam islam. Umat meneladani nabi, Nabi meneladani Al-qur’an. Aisyah pernah berkata bahwa ahlak Rasulullah itu adala Al-qur’an.
Pribadi Rasul itu adalah interpretasi Al-qur’an seacra nyata. Tidak hanya caranya beribadah, caranya berkehidupan sehari-haripun kebanyakan merupakan contoh tentang cara berkehidupan islami.
Metode pendidikan islam berpusat pada keteladanan. Yang memberikan teladan itu adalah guru, kepala sekolah, dan semua aparat sekolah. Dalam pendidikan masyarakat, teladan itu adalah para pemimpin masyarakat dan para dai. Teladan untuk guru-guru ialah Rasulullah. Rasul itu teladan yang terbaik. Rasul meneladankan bagaimana kehidupan yang dikehendaki Tuhan karena Rasul itu adalah penafsiran ajaran Tuhan.
Secara psikologis ternyata manusia memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya, ini dalah sifat pembawaan. Taqlid (meniru) adalah salah satu sifat pembawaan manusia.

5. Metode Pembiasaan
Inti pembiasaan adalah pengulangan. Karena pembiasaan berintikan pengulangan, mak metode pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan. Rasulullah berulang-ulang berdoa dengan doa yang sama. akibatnya dia hafal benar doa itu dan sahabatnya yang mendengarkan doa yang verulag-ulang itu juga hafal doa itu.

6. Metode ‘Ibrah dan Mau’izah
Menurut pendapat Al-Nahlawi, ‘ibrah ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi, dengan menggunakan nalar yang menyebabkan hati mengakuinya. Adapun Mau’idhoh ialah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati yang menjelaskan pahala dan ancamannya.
Pendidikan islam memberikan perhatian khusus kepada metode ‘ibrah agar pelajar dapat mengambilnya dari kisah-kisah dalam Al-qur’an,

7. Metode Targhib dan Tarhib
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. Targhib bertujuan agar manusia mematuhi aturan Allah, Tarhib juga demikian. Pada intinya targhib agar melakukan kebaikan sedangkan tarhib agar menjauhi kejahatan.

makalah

Makalah Ulumul Qur’an – Asbabun Nuzul
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu. dalam hal ini tidak ada permasalahan yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun didalam berbagai surah berkenaan dengan satu peristiwa. Asbabun nuzul adakalanya berupa kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau berupa pertanyaan yang disampaikan kepada rasulullah SAW untuk mengetahui hukm suatu masalah, sehingga Qur’an pun turun sesudah terjadi peristiwa atau pertanyaan tersebut. Asbabun nuzul mempunyai pengaruh dalam memahami makna dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.
Al-Qur’an diturunkan untuk memahamipetunjuk kepada manusia kearah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimana kepada allah SWT dan risalah-Nya, sebagian besar qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah SWT.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Asbabun nuzul itu ?
2. Bagaimanakah cara turunnya asbabun nuzul itu ?
3. Apakah faedah (manfaat) dari mempelajari asbabun nuzul itu ?
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar kita bisa lebih mengenal tentang silsilah asbabun nuzul dan lebih memudahkan kita untuk mempelajari lebih jauh lagi sehingga dalam proses mempelajarinya kita tidak menemukan kesulitan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian asbabun nuzul
Asbabun Nuzul didefinisikan “sebagai suatu hal yang karenanya al-qur’an diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan”, asbabun nuzul membahas kasus-kasus yang menjadi turunnya beberapa ayat al-qur’an, macam-macamnya, sight (redaksi-redaksinya), tarjih riwayat-riwayatnya dan faedah dalam mempelajarinya.
Untuk menafsirkan qur’an ilmu asbabun nuzul sangat diperlukan sekali, sehingga ada pihak yang mengkhususkan diri dalam pembahasan dalam bidang ini, yaitu yang terkenal diantaranya ialah Ali bin madani, guru bukhari, al-wahidi , al-ja’bar , yang meringkaskan kitab al-wahidi dengan menghilangkan isnad-isnadnya, tanpa menambahkan sesuatu, syikhul islam ibn hajar yang mengarang satu kitab mengenai asbabun nuzul.
Pedoman dasar para ulama’ dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang berasal dari rasulullah atau dari sahabat. Itu disebabkan pembaritahuan seorang sahabat mengenai asbabun nuzul, al-wahidi mengatakan: “ tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul kitab, kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya. Mengetahui sebab-sebabnya dan membahas tentang pengertian secara bersungguh-sungguh dalam mencarinya ”.
Para ulama’ salaf terdahulu untuk mengemukakan sesuatu mengenai asbabun nuzul mereka amat berhati-hati, tanpa memiliki pengetahuan yang jelas mereka tidak berani untuk menafsirkan suatu ayat yang telah diturunkan. Muhammad bin sirin mengatakan: ketika aku tanyakan kepada ‘ubaidah mengetahui satu ayat qur’an, dijawab: bertaqwalah kapada allah dan berkatalah yang benar. Orang-oarang yang mengetahui mengenai apa qur’an itu diturunkan telah meninggal.
Maksudnya: para sahabat, apabila seorang ulama semacam ibn sirin, yang termasuk tokoh tabi’in terkemuka sudah demikian berhati-hati dan cermat mengenai riwayat dan kata-kata yang menentukan, maka hal itu menunjukkan bahwa seseorang harus mengetahui benar-benar asbabun nuzul. Oleh sebab itu yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun nuzul adalah riwayat ucapan-ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad, yang secara pasti menunjukkan asbabun nuzul.
Al-wahidi telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat asbabun nuzul, bahkan dia (Al-wahidi ) menuduh mereka pendusta dan mengingatkan mereka akan ancaman berat, dengan mengatakan: “ sekarang, setiap orang suka mangada-ada dan berbuat dusta; ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat ”.
B. Pedoman mengetahui asbabun nuzul
Aisyah pernah mendengar ketika khaulah binti sa’labah mempertanyakan suatu hal kepada nabi bahwasannya dia dikenakan zihar. Oleh suaminya aus bin samit katanya: “ Rasulullah, suamiku telah menghabiskan masa mudaku dan sudah beberapa kali aku mengandung karenanya, sekarang setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi ia menjatuhkan zihar kepadaku”. Ya allah sesunguhnya aku mengadu kepadamu, aisyah berkata: tiba-tiba jibril turun membawa ayat-ayat ini; sesungguhnya allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengadu kepadamu tentang suaminya, yakni aus bin samit.
“Hal ini tidak berarti sebagai acuan bagi setiap orang harus mencari sebab turun setiap ayat”, karena tidak semua ayat qur’an diturunkan sebab timbul suatu peristiwa dalam kejadian, atau karena suatu pertanyaan. Tetapi ada diantara ayat qur’an yang diturunkan sebagai permulaan tanpa sebab, mengenai akidah iman, kewajiban islam dan syariat allah dalam kehidupan pribadi dan social.
Definisi asbabun nuzul yang dikemukakan pada pembagian ayat-ayat al-qur’an terhadap dua kelompok: Pertama, kelompok yang turun tanpa sebab, dan kedua, adalah kelompok yang turun dengan sebab tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tidak semua ayat menyangkut keimanan, kewajiban dari syariat agama turun tanpa asbabun nuzul.
Sahabat ali ibn mas’ud dan lainnya, tentu tidak satu ayatpun diturunkan kecuali salah seorang mereka mengetahui tentang apa ayat itu diturunkan seharusnya tidak dipahami melalui beberapa kemungkinan; Pertama, dengan pernyataan itu mereka bermaksud mengungkapkan betapa kuatnya perhatian mereka terhadap al-qur’an dan mengikuti setiap keadaan yang berhubungan dengannya. Kedua, mereka berbaik sangka dengan segala apa yang mereka dengar dan saksikan pada masa rasulullah dan mengizinkan agar orang mengambil apa yang mereka ketahui sehingga tidak akan lenyap dengan berakhirnya hidup mereka, bagaimanapun suatu hal yang logis bahwa tidak mungkin semua asbabun nuzul dari semua ayat yang mempunyai sebab al-nuzul bisa mereka saksikan. Ketiga, para periwayat menambah dalam periwatnya dan membangsakannya kepada sahabat.
Intensitas para sahabat mempunyai semangat yang tinggi untuk mengikuti perjalanan turunnya wahyu, mereka bukan saja berupaya menghafal ayat-ayat al-qur’an dan hal-hal yang berhubungan serta mereka juga melestarikan sunah nabi, sejalan dengan itu al-hakim menjelaskan dalam ilmu hadist bahwa seorang sahabat yang menyaksikan masa wahyu dan al-qu’an diturunkan tentang suatu ( kejadian ) maka hadist itu dipandang hadist musnad, Ibnu al-shalah dan lainnya juga sejalan dengan pandangan ini.
Asbabun Nuzul dengan hadist mursal, yaitu hadist yang gugur dari sanadnya seoarng sahabat dan mata rantai periwayatnya hanya sampai kepada seorang tabi’in, maka riwayat ini tidak diterima kecuali sanadnya shahih dan mengambil tafsirnya dari para sahabat, seperti mujahid, hikmah dan said bin jubair. para ulama menetapkan bahwa tidak ada jalan untuk mengetahui asbabun nuzul kecuali melalui riwayat yang shahih. Mereka tidak dapat menerima hasil nalar dan ijtihad dalam masalah ini, namun tampaknya pandangan mereka tidak selamanya berlaku secara mutlak, tidak jarang pandangan terhadap riwayat-riwayat asbabun nuzul bagi ayat tertentu berbeda-beda yang kadang-kadang memerlukan Tarjih ( mengambil riwayat yang lebih kuat ) untuk melakukan tarjih diperlukan analisis dan ijtihad.
C. Macam-macam asbabun nuzul
Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul dapat dibagi kepada ta’addud al-asbab wa al-nazil wahid ( sebab turunnya lebih dari satu dan ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu ) dan ta’addud al-nazil wa al-sabab wahid (ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun lebih dari satu sedang sebab turunnya satu ). sebab turun ayat disebut ta’addud karena wahid atau tunggal bila riwayatnya hanya satu, sebaliknya apabila satu ayat atau sekelompok ayat yang turun disebut ta’addud al-nazil.
Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang sebab turun ayat-ayat dan masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang disebutkan lawannya, maka riwayat ini harus diteliti dan dianalisis, permasalahannya ada empat bentuk: Pertama, salah satu dari keduanya shahih dan lainnya tidak. Kedua, keduanya shahih akan tetapi salah satunya mempunyai penguat ( Murajjih ) dan lainnya tidak. Ketiga, keduanya shahih dan keduanya sama-sama tidak mempunyai penguat ( Murajjih ). Akan tetapi, keduanya dapat diambil sekaligus. Keempat, keduanya shahih, tidak mempunyai penguat ( Murajjih ) dan tidak mungkin mengambil keduanya sekaligus.
D. Pengetahuan tentang asbabun nuzul
Perlunya mengetahui asbabun nuzul, al-wahidi berkata:” tidak mungkin kita mengetahui penafsiran ayat al-qur’an tanpa mangetahui kisahnya dan sebab turunnya ayat adalah jalan yang kuat dalam memahami makna al-qur’an”. Ibnu taimiyah berkata: mengetahui sebab turun ayat membantu untuk memahami ayat al-qur’an. Sebab pengetahuan tentang “sebab” akan membawa kepada pengetahuan tentang yang disebabkan (akibat).
Namum sebagaimana telah diterangkan sebelumnya tidak semua al-qur’an harus mempunyai sebab turun, ayat-ayat yang mempunyai sebab turun juga tidak semuanya harus diketahui sehingga, tanpa mengetahuinya ayat tersebut bisa dipahami, ahmad adil kamal menjelaskan bahwa turunnya ayat-ayat al-qur’an melalui tiga cara:
1. Pertama ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi.
2. Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan.
3. Ketiga ayat-ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelmpok;
• Ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ) karena asbabun nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru.
• Ayat-ayat yang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut kisah dalam al-qur’an).
Kebanyakan ayat-ayat kisah turun tanpa sebab yang khusus, namun ini tidak benar bahwa semua ayat-ayat kisah tidak perlu mengetahui sebab turunnya, bagaimanpun sebagian kisah al-qur’an tidak dapat dipahami tanpa pengetahuan tentang sebab turunnya.
E. Faedah asbabun nuzul
1. Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan allah secara khusus mensyari’atkan agama-Nya melalui al-qur’an.
2. Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya.
3. Dapat menolak dugaan adanya Hasr ( pembatasan ).
4. Dapat mengkhususkan (Takhsis) hokum pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal.
5. Diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hokum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya ( yang mengkhususkannya ).
6. Diketahui ayat tertetu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi orang yang tidak bersalah.
7. Akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seteleh mempelajari dan melihat pembahasan yang telah dijabarkan panjang lebar diatas, dapat kami simpulkan bahwasannya:
1. Asbabun nuzul didefinisikan
“ sebagai suatu hal yang karenanya al-qur’an diturunkan untuk menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan”, serta memiliki faedah didalamnya.
2. Cara turunnya Asbabun Nuzul itu:
• Pertama ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi.
• Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan.
Ketiga ayat-ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelmpok;
• Ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ) karena asbabun nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru.
• Ayat-ayat yang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut kisah dalam al-qur’an).
3. Faedah asbabun nuzul
• Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan allah secara khusus mensyari’atkan agama-Nya melalui al-qur’an.
• Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya
• Dapat menolak dugaan adanya Hasr ( pembatasan ).
• Dapat mengkhususkan (Takhsis) hokum pada sebab menurut ulama yang memandang bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal.
• Diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hokum yang terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya ( yang mengkhususkannya ).
• Diketahui ayat tertetu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan pembebasan bagi orang yang tidak bersalah.
• Akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-qur’an serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid, Ramli.1994.ulumul qur’an.Jakarta:Rajawali
Al-khattan, Manna’ khalil.2001.Studi ilmu-ilmu qur’an.Bogor:PT. Pustaka litera antar nusa
Syadali, Ahmad.1997.Ulumul qur’an I.Bandung:CV. Pustaka Setia
Thamrin, Husni.1982.Muhimmah ulumul qur’an.Semarang:Bumi Aksara
Zuhdi, Masfuk.1993.Pengantar ulumul qur’an.Surabaya:Bina Ilmu